Skripsi
Konsep Tasbih Dalam Perspektif Al-Qur’an (Metode Maudlu’i)
Skripsi dengan judul “Konsep tasbih dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Maudhu’i)†ini ditulis oleh Ulfi Hamadah dengan dibimbing oleh Ahmad Zainal Abidin, M.A.
Penelitian dalam skripsi ini dilatarbelakangi oleh kegelisahan penulis karena dalam Al-Qur’an banyak diterangkan bahwa malaikat, langit, bumi, gunung-gunung, hewan, burung-burung dan halilintar bertasbih kepada-Nya. Selain itu kegelisahan tetnang bagaimana sampai ada pengkhususan dzikir tasbih dalam shalat tasbih. Adapun tasbih tasbih dalam persepektif Al-Qur’an merupakan penjelasan secara terperinci tentang tasbihnya seluruh alam.
Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah (1) Bagaimana deskripsi tasbih dalam persepektif Al-Qur’an; dan (2) Bagaimana relevansi dan implementasii tasbih dalam kehidupan manusia? Kedua rumusan masalah ini akan diuraikan sesuai dengan sub pokok permasalahan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang konsep tasbih dalam Al-Qur’an yang ditinjau dari kajian tafsir maudhu’i (tematik).
Skripsi ini bermanfaat bagi penulis untuk menambah wawasan pola pikir, sikap, dan pengalaman sebagai upaya peningkatan kualitas dalam pembelajaran, yakni dengan memahami deskripsi tasbih dalam Al-Qur’an. Konsep dalam perspektif Al-Qur’an dengan metode kajian tafsir maudhu’i menjelaskan bahwa konsep ini bisa menjadi pengingat bagi seluruh manusia sebgai makhluk yang paling sempurna agar selalu ingat dan ber-tasbih kepada Allah, karena dalam Al-Qur’an banyak yang menerngkan bahwa semua yang ada di alam semesta ini semua ber-tasbih pada-Nya.
Dari hasil penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa deskripsi tasbih dalam Al-Qur’an dapat dinyatakan sebagai berikut: pertama, definisi tasbih yaitu mensucikan Allah SWT dari segala sesuatu yang tidak layak bagi-Nya dan dari segala sifat kekurangan. Kedua, ayat-ayat yang memuat tasbih ternyata tidak tergantung dengan ayat Madaniyyah saja atau Makiyyah saja. Hal ini menunjukkan bahwa ber-tasbih itu sangat diperlukan setiap saat, tidak pandang kapanpun dan dimanapun. Ketiga, pelaku-pelaku tasbih itu ada yang ‘aqil (punya akal) seperti manusia dan ghairu ‘aqil (tidak punga akal) seperti malaikat, langit dan bumi, hewan dan burung, gunung dan halilintar. Adapun bentuk tasbih -nya pelaku tasbih yang berakal yaitu tasbih yang hakiki rasional, bisa berupa fi’li(perbuatan) seperti shalat, sujud; qauli (ucapan) seperti mengucapkan “subhanallah†dan qalbi(hati) yaitu ber-tasbih hanya di dalam hati. Sedangkan bentuk tasbih -nya pelaku yang ghairu ‘aqil yaitu tasbih yang hakiki supra rasional, dimana sebenarnya ada tetapi manusia tidak mengetahuinya dan tetap hanya Allah Yang Maha Tahu. Relevansi tasbih dalam kehidupan dapat diuraikan dalam 3 penjelasan yaitu: pertama, bentuk kepribadian ketika seseorang sering ber-tasbih akan memiliki sifat rendah hati, tidak sombong dan sabar. Kedua, ber-tasbih bisa diucapkan dimanapun dan kapanpun, tetapi disiplin waktu dalam ber-tasbih yang banyak dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an di atas menguraikan ketika waktu-waktu shalat dan sujud. Ketiga, keutamaan tasbih banyak sekali, dimana pada intinya yaitu akan diampuni dosa-dosanya. Sedangkan implementasi tasbih dapat dicerminkan dengan menucap “subhanalla†baik dalam keadaan shalat ataupun tidak dan juga dalam keadaan shalat tasbih yang disetiap geraknya ber-tasbih .
deskripsi tasbih dalam Al-Qur’an dapat dinyatakan sebagai berikut: pertama, definisi tasbih yaitu mensucikan Allah SWT dari segala sesuatu yang tidak layak bagi-Nya dan dari segala sifat kekurangan. Kedua, ayat-ayat yang memuat tasbih ternyata tidak tergantung dengan ayat Madaniyyah saja atau Makiyyah saja. Hal ini menunjukkan
bahwa bertasbih itu sangat diperlukan setiap saat, tidak pandang kapanpun dan dimanapun. Ketiga, dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menjelaskan bahwa semua apa yang terhampar di alam baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, seperti malaikat, langit dan bumi, hewan dan burung, gunung dan bahkan halilintar, semua bertasbih kepada-Nya dengan caranya masing-masing. Sedangkan relevansi dan signifikasi tasbih dalam kehidupan bisa di cerminkan dalam setiap shalat lima waktu, shalat tasbih dan membaca lafad “subhaanallah†ataupun dzikir-dzikir lainnya dan itu bias dilakukan kapanpun dan dimanapun, tetapi lebih utama dilakukan dalam shalat, karena bertasbih mensucikan Allah itu terkait dengan bersujud. Selain itu, perilaku yang berkaitan dengan bertasbih yatu, bias menjadikan orang yang rendah hati, tidak sombong dan sabar, karena dengan bertasbih seseorang akan semakin sadar kalau manusia hanya sebagai makhluk-Nya yang memiliki banyak kekurangan. Adapun keutamaannya banyak sekali, dimana salah satunya yaitu diampuni dosa-dosanya sekalipun sebanyak pasir di gurun
U-2011/TH/001 | U-2011 Ham TH | UIN SATU Tulungagung | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
U-2011/TH/002 | U-2011 Ham TH | UIN SATU Tulungagung | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain